Jadi Jagoan Ala Ahok merupakan film dokumenter yang dirancang sedemikian rupa dengan memadupadankan antara animasi dan komedi. Film documenter ini berkisah tentang perjalanan Ahok mengumpulkan para pendukung dengan pengeluaran biaya yang sedikit mungkin dan bagaimana ia menjalankan perannya sebagai pemimpin dan pahlawan yang berbeda dan bisa membuat masyarakat memiliki harapan terhadap pemerintah.
Dalam waktu 20 menit durasi penayangan film dokumenter ini, kita akan memperoleh cerita yang tidak hanya menyuguhkan suatu tontonan dokumenter yang biasanya membosankan, tetapi dikemas dalam susunan yang membuat penontonnya tersenyum dan tertarik. Film ini disusun dengan rapi, mengemas perjalanan Ahok dalam bentuk jurus-jurus sehingga isinya lebih tertata. Selain itu, film ini juga dikemas dengan memasukkan unsur-unsur animasi dan komik sehingga kita bisa mengikuti alur cerita ini sebagai hiburan, tidak hanya pemberi informasi.
Segi Tata Suara
Film Jadi Jagoan Ala Ahok ini merupakan tayangan yang basic-nya adalah dokumenter, sehingga gambar yang diperoleh pun kebanyakan adalah in moment, artinya si perekam berusaha semaksimal mungkin untuk tidak kehilangan moment yang tepat dan menarik untuk diabadikan di dalam kameranya. Kesempatan yang bisa diperoleh pun tentu saja akan membuat si perekam tidak terlalu memikirkan kelemahan-kelemahan dalam ketergesaannya mengambil film, misalnya tentang masalah audio. Kalau beruntung dan media perekamannya memang baik, maka hasil suara yang diperoleh pun akan jernih. Tetapi kalau video tersebut di ambil ala kadarnya, bisa jadi audio yang dihasilkan tidak sesuai dengan video yang di dapatkan. Sehingga, kita tidak bisa memastikan apakah video yang menarik yang diambilnya akan sesuai dengan audio yang jelas juga atau tidak. Kalau si perekam memiliki waktu untuk memikirkan audionya, bisa saja audio yang diperoleh tetap terdengar baik.
Dalam film dokumenter Jagoan Ala Ahok ini, penulis merasa bahwa alat yang digunakan dalam mengabadikan video ini dirasa cukup memadai. Suara yang dihasilkan sudah cukup jelas untuk ukuran dokumenter. Tetapi di beberapa bagian, noise atau gangguan suara yang tidak diinginkan masih tidak bisa dihindarkan.
Speech
Video ini menggunakan bahasa lokal dan penggunaannya cenderung terdengar cepat sehingga untuk beberapa orang, percakapan yang digunakan memang agak sulit di pahami.
Selain itu, di video ini ada beberapa bagian yang tidak berhasil meredam noise yang muncul. Terjadi pada menit ke 04.01, suara warga yang memberikan pendapat nyaris tidak terdengar karena terdapat suara lain yang cukup mengganggu seperti suara burung-burung, suara orang memasak, dan suara lainnya. Begitu pula suara Ahok sebagai peran utama juga tidak terdengar terlalu jelas. Pada akhirnya, penonton hanya bisa mengandalkan keberadaan subtitle untuk bisa mengerti isi percakapan yang mereka lakukan.
Begitu pula di menit 06.45, suara yang direkam juga tidak terdengar terlalu jelas dan tidak lantang, juga cukup memiliki gema. Penulis merasa hal tersebut karena tokoh yang berbicara dalam video tersebut berbicara dengan menggunakan mic yang dihubungkan langsung ke speaker ruangan, tetapi tidak terhubung langsung dengan kamera.
Dan hal yang sama terjadi pada menit ke 11.10, 18.46, kemudian di menit 24.48 dimana noise suara kendaraan yang lewat terdengar sangat jelas.
Scoring
Menggunakan animasi sebagai bahan pendukung dalam film dokumenter ini dirasa cukup kreatif. Apalagi animasi itu berbentuk seperti komik, dengan dialog-dialog atau penjelasan terhadap gambar tersebut. Gambar ini mendukung penjelasan video yang tidak hanya diwakilkan oleh suara, tetapi juga teks yang dimasukkan ke dalam tersebut. Hal tersebut juga bisa menjadi alternatif apabila pada bagian tersebut, mungkin saja audionya tidak terlalu baik sehingga digantikan oleh illustrasi gambar yang diiringi dengan musik yang mendukung.
Musik yang digunakan dalam video ini, merupakan musik yang cenderung terdengar lucu, tidak terlalu serius. Musik ini mewakilkan isi dari video ini sendiri, karena karakter Ahok ini memang karakter yang bisa mengundang senyum si penonton. Penulis tidak mendapati video ini memiliki scoring yang buruk, karena dalam sisi scoring sudah cukup pas penempatannya.
Sound Effect
Film dokumenter Jadi Jagoan Ala Ahok ini menjadi semakin menarik karena di dalamnya juga dimasukkan efek suara yang cukup bervariasi. Dan penggunaannya pun sudah cukup tepat karena diletakkan bersamaan dengan illustrasi komik yang di tampilkan di video ini, sehingga efek suara yang digunakan pun terdengar memiliki humor di dalamnya. Efek suara yang digunakan adalah efek suara yang khas digunakan di dalam film-film animasi sehingga tidak terlalu nyata dan memiliki kesan berlebih-lebihan tetapi dirasa cocok dengan maksud dari video yang ditampilkan itu sendiri.
Akan tetapi, di video ini tidak didapati penggunaan foley untuk mempertegas suara-suara tabrakan antar objek agar terdengar natural seperti film pada umumnya. Dramatisasi menjadi tidak terlalu kentara lantaran suara-suara natural yang diperoleh justru menjadi noise yang cukup mengganggu. Bahkan tidak pula ditambahkan suara atmosfer untuk memperhalus suara noise yang muncul. Penulis merasa, bisa jadi hal tersebut sengaja tidak ditambahkan karena ingin lebih mempertegas bahwa video ini adalah video dokumenter yang memang tidak terlalu memperhatikan masalah teknis.
Kesimpulan
Film dokumenter Jadi Jagoan Ala Ahok sebenarnya memiliki penataan suara yang cukup baik, karena tidak terdapat pemotongan tiba-tiba dari suara yang menyebabkan atmosfernya terdengar belang. Penulis menyimpulkan hal ini karena diselamatkan oleh unsur animasi yang memisahkan satu scene dengan scene lain sehingga perbedaan suara di dalamnya tidak terlalu terdengar. Akan tetapi, film dokumenter ini memiliki kelemahan dari sisi noise yang cenderung terdengar jelas di beberapa bagian sehingga penonton agak sulit memahami maksud dari pembicaraan yang terjadi di dalam scene tersebut.
0 comments