Simbol Sarkasme pada Video ILM 'Tv, Jasamu Tiada....'



Video yang mengispirasi merupakan video yang diunduh dari Internet dengan judul TV, Jasamu Tiada… Video ini berdurasi 1.19, memang merupakan sebuah video pendek yang bisa disimpulkan dari durasi yang ada bahwa video ini merupakan video Iklan Layanan Masyarakat.

Secara singkat, video ini merupakan sebuah video musik dimana ada sejumlah anak berseragam SD yang sedang bernyanyi. Lucunya, dari video ini semua yang ditampilkan secara visual sangat berseberangan dengan lirik yang dinyanyikan anak-anak tersebut. Bahkan, nada yang digunakan di awal lagu yang menyiratkan bahwa lagu yang dinyanyikan itu akan mengarah kepada lagu-lagu nasional, ternyata justru berbalik dengan maksud yang disampaikan pada lagu yang dinyanyikan.
Judul Video ini adalah: TV, Jasamu Tiada….

Dari judul video tersebut, sebenarnya tidak terlalu terlihat mengenai apa maksud video tersebut jika kita melihat opening dimana anak-anak berlari ke tengah lapangan, kemudian disana ada bendera, dan musik yang terdengar seperti musik-musik khas musik nasional. Iklan ini mampu menarik kita dengan unsur ‘penasaran’ dari apa yang ditampilkan di visual dengan judul itu sendiri sehingga meskipun di awal video tidak terlihat kaitannya dengan judul, tetapi kita tetap digiring untuk menuntaskan rasa penasaran ini sehingga tetap mengikuti alur dari video tersebut. Penggunaan judul sendiri sudah menggunakan tugasnya dengan semestinya, yaitu memperlihatkan/memberitahu tentang apa yang ingin disampaikan yaitu mengenai TV dan jasanya. Tetapi judulnya masih memberikan unsur pensaran atau ketidakjelasan dengan apa yang dimaksud oleh judul tersebut sehingga kita akan memutuskan untuk mulai menontonnya agar mengerti dengan jelas apa maksud dari judul tersebut.

Selain dari judul, tema yang diangkat dari video ini adalah anak sekolah. Penggunaan anak SD sebagai tema dari video ini sangat mempengaruhi keseluruhan dari video yang disajikan. Menurut saya, sangat cerdas menggunakan anak SD sebagai ikon dari Iklan Layanan Masyarakat ini ketika dihubungkan dengan lagu yang isinya adalah TV, karena ketika seseorang masih kecil, pemikiran mereka masih sangat mudah dimasuki oleh banyak hal yang pola pikir tersebut bisa mempengaruhi sampai kehidupan dewasa. Informasi bahwa masa kanak-kanak adalah masa yang paling krusial bagi kehidupan seseorang tentu sudah menjadi informasi yang diketahui masyarakat, karena itu video ini akan mudah dimengerti maksudnya meskipun ditunjukkan dengan cara tidak langsung.

Video ini hanya menggunakan satu scene yaitu satu tempat dan waktu untuk menceritakan keseluruhan maksud Iklan, tetapi video ini mampu memanfaatkan keseluruhan visual dari segi talent, artistik, dan pengambilan gambar.

Talent
Pemain yang digunakan dalam video ini adalah sekelompok anak kecil dan satu orang dewasa yang berperan sebagai guru pemandu lagu. Anak-anak kecil ini perannya adalah bernyanyi. Mereka menyanyikan lagu dengan wajah yang serius dan khidmat, tetapi lagu yang dinyanyikan justru tidak memperlihatkan kesan itu sama sekali. Di awal video ketika kita melihat muncul anak-anak yang berlari ke lapangan, ada yang ada di pikiran pertama kali adalah mengetahui bahwa mereka mungkin akan upacara atau semacamnya, Kemudian anak-anak ini berdiri dengan wajah yang serius dan sepenuh hati, tetapi ketika lirik pertama terucap, kita langsung bisa melihat adanya kesenjangan dari ekspresi wajah dan lirik itu sendiri. 

Bagaimana lirik yang terdengar lucu dinyanyikan dengan wajah yang serius membantu penonton untuk menangkap maksud bahwa anak-anak kecil tersebut kini prihatin, miris, dan sedih dengan apa yang terjadi di negeri kita ini. Anak-anak yang ditunjukkan secara visual adalah sekitar umur 8-10 tahun, sekitar kelas 3-6 SD. Tidak ada anak yang terlalu kecil seperti baru saja keluar dari TK yaitu anak kelas 1 atau 2, menunjukkan bahwa anak-anak diusia tersebut biasanya masih mengikuti sekadar hiburan dan belum mencerna program-program tv yang mungkin ditujukan kepada orang dewasa karena diumur tersebut biasanya anak-anak masih dalam arahan orang tua.

Kemudian setelah lagu dinyanyikan, kita diperlihatkan sosok guru yang memandu mereka bernyanyi. Awalnya keberadaan satu-satunya orang dewasa di tempat tersebut memang tidak memperlihatkan maksud yang berarti. Bisa jadi itu sebagai gambaran bagaimana orang-orang dewasa memiliki peran yang besar dalam pertumbuhan anak-anaknya, atau keberadaan orang dewasa adalah unsur pertama contoh dari anak-anak. Tetapi ketika video mencapai akhirnya, kita kemudian diperlihatkan bahwa maksudnya menjadi lebih dari itu. Bahwa orang dewasa yang menggunakan topeng sebuah tv bisa dianggap sebagai sindiran bagi orang dewasa itu sendiri, bahwasana merekalah yang seharusnya mengarahkan anak-anaknya mengenai apa yang sebaiknya ditonton dan diikuti oleh seorang anak, member batasan-batasan yang sesuai dengan umur anak-anak itu sendiri.

Dari sekian talent yang ditunjukkan dalam video ini, semuanya memberikan porsi dan maksud sesuai dengan tempatnya masing-masing. Kita akan diperlihatkan semua anak berdiri dan bernyanyi dengan porsi yang sama, menunjukkan bahwa sekarang tidak hanya satu-dua anak saja yang mengalami situasi serupa, tetapi dalam tahap yang lebih besar yaitu bisa jadi semua anak-anak.

Artistik
Artistik menempati porsi yang cukup banyak dalam memberikan pesan secara visual melalui video Iklan Layanan Masyarakat ini. 
1. Properti
Properti yang digunakan dalam video ini:
  •  Lonceng
    Lonceng sekolah di video ini digunakan di awal video, bisa menunjukkan bahwa saatnya pulang sekolah atau masuk sekolah. Tetapi ketika kita melihat anak-anak yang berlari keluar dari sekolah menggunakan topi dan dasi tanpa membawa tas, kemudian mereka berjejer di tengah lapangan, barulah kita diarahkan untuk mengetahui bahwa anak-anak dikumpulkan di lapangan. Bila anak-anak SD dikumpulkan di tengah lapangan, biasanya hal tersebut mengacu pada dilaksanakan upacara bendera sehingga dari hal ini kita bisa menyimpulkan bahwa fungsi lonceng adalah untuk memberi tahu anak-anak bahwa sekolah dimulai dengan upacara. 
  • Bendera dan Tiang Bendera
    Bendera yang dipasang di tiang bendera dimana shot-shot sebelumnya diarahkan pada anak-anak yang berjejer di lapangan mempertegas bahwa itu merupakan upacara bendera. Tetapi jika diamati lebih dalam, sebenarnya fungsi bendera tersebut tidak hanya menunjukkan citra upacara bendera saja, melainkan citra yang melambangkan Negara, agung, dan bersifat nasionalisme. 
  • Topeng TV
    Topeng ini berbentuk dan bergambar TV, ditunjukkan di akhir video. Disitu kita melihat bahwa TV ditampilkan sebagai topeng yang digunakan orang dewasa, bukannya kita dilihatkan sebuah TV di depan para anak-anak yang bernyanyi sehingga kita bisa menafsirkan bahwa saat ini para anak-anak berkiblat kepada televisi. Penggunaan orang dewasa yang menggunakan topeng TV memberikan gambaran adanya keterlibatan orang dewasa ketika dikaitkan dengan TV dan anak-anak. Selain itu properti berfungsi untuk menegaskan apa maksud dari lagu yang dinyanyikan anak-anak tersebut sekaligus memberikan penekanan pada tema yang diusung.

    Properti yang digunakan dan diperlihatkan detailnya memang hanya tiga, tetapi semuanya memiliki peran yang cukup penting dalam memberikan maksud video ini agar penonton menjadi mudah membaca Iklan Layanan Masyarakat ini.

2. Setting
Setting yang digunakan adalah sekolah, yaitu halaman depan dimana upacara diadakan. Memang bukan upacara ketika akhirnya kita melihat lirik lagu yang dinyanyikan tetapi penggunaan halaman depan memang biasanya dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah dengan adanya bendera di tiang yang ditunjukkan merupakan sebuah kegiatan upacara. Penggunaan setting sekolah membantu mendukung isi dari Iklan ini sendiri, dimana bertemakan anak sekolah. Gedung yang digunakan sudah memperlihatkan bentuk sekolah meskipun memang tidak dijelaskan secara visual apakah itu gedung SD atau menggunakan gedung SMP/SMA, tetapi karena diperlihatkan melalui seragam bahwa yang keluar adalah anak-anak SD, kemudian terjawab sudah bahwa gedung tersebut adalah gedung SD.

3. Make Up & Wardrobe
Make Up dalam Iklan ini adalah make up natural, tidak ada penambahan atau penggunaan make up yang terlalu mencolok. Tentu saja hal tersebut disesuaikan dengan pemainnya sendiri, yaitu anak SD, dimana mereka memang belum saatnya menggunakan make up dan cenderung polos.
Wardrobe di dalam video ini bisa dibilang merupakan ikon atau kekuatan dari video ini sendiri. Menggunakan seragam SD lengkap dengan topi dan dasi memperlihatkan kedisiplinan mereka yang melakukan upacara, dan memperlihatkan kisaran umur dan jenjang pendidikan anak-anak tersebut yaitu Sekolah Dasar. 

Melalui seragam tersebut pula kita bisa mengetahui kepada siapa video ini ditujukan. Meskipun jika melalui seragam kita melihat seolah video ini ditujukan kepada anak-anak SD tersebut, tetapi karena anak-anak SD sendiri sebenarnya merupakan masa dimana mereka masih mengikuti sosok-sosok yang lebih dewasa dan masa dimana mereka masih bergantung pada orang dewasa, sehingga penggunaan seragam ini justru diarahkan kepada orang dewasa. Orang dewasa memiliki peran penting dalam perkembangan pola pikir anak-anak di masa sekolah dasar, dimana orang dewasalah yang menciptakan program-program tv, dan orang-orang dewasa jugalah yang mengarahkan mau menonton apa anak-anak tersebut. Penggunaan wardrobe guru yang berdiri di depan anak-anak mempertegas keterlibatannya.

Pengambilan Gambar
Dalam video ini, beberapa adegan yang dilakukan dalam pengambilan shot antara lain:
1. CU Adegan lonceng dibunyikan
2. LS Gedung Sekolah
3. LS Anak-anak berhamburan dari gedung
4. LS Anak-anak berjajar di lapangan
5. MS, KS Dari belakang guru memberi aba-aba untuk menyanyi
6. LS Bendera di tiang yang berkibar-kibar dengan speed yang dinaikkan
7. MS tengah badan guru
8. CU, MS – panning -  anak-anak bernyanyi

Dari pemaparan di atas sebenarnya tidak ada shot yang menunjukkan adegan yang berbeda. Dalam satu scene ini, adegan yang dilakukan oleh tokoh secara keseluruhan adalah sama yaitu bernyanyi tanpa ada adegan setelahnya meskipun di awal ditunjukkan adegan dimana murid berlari dan berbaris sebagai opening yang memang diperlukan dalam video. Karena video ini ditekankan pada isi lirik lagu yang dinyanyikan, sehingga adegan menanyi itulah adegan yang penting. Jika ada yang berbeda dari adegan menyanyi tersebut, itu adalah pergerakan kamera yang berpindah dari satu anak ke anak dengan panning yang lainnya sehingga tidak terfokus di satu tokoh saja melainkan mencoba untuk memberikan porsi yang sama pada tokoh-tokoh lainnya. 

Ukuran shot yang paling banyak digunakan dalam video ini adalah Medium Shot, yaitu ketika mengambil gambar para siswa yang tengah bernyanyi dan berbaris. Penggunaan Medium Shot ini membuat mata kita ikut terfokus pada seragam yang digunakan oleh tokoh dan sehingga pikiran kita tetap terarah pada tujuan dari video ini sendiri. 

Ada beberapa kali close up yang digunakan untuk memperlihatkan ekspresi khidmat para siswa yang bernyanyi meskipun tidak sering digunakan. Sedangkan Long Shot digunakan hanya untuk memperlihatkan tempat dimana video itu diambil seperti gambar gedung sekolah yang diambil dengan beberapa angle yang berbeda, Long Shot anak-anak yang berlari dari dalam sekolah untuk melihat bahwa anak-anak itu awalnya berada di dalam, dan Long Shot anak-anak berbaris di lapangan yang diperlihatkan dari atas untuk memperlihatkan dimana dan bagaimana mereka akan berbaris. 

Shot yang cukup sering ditampilkan adalah shot separuh badan dari guru yang tidak diperlihatkan wajahnya, padahal semua siswa yang bernyanyi terlihat wajahnya. Hal itu memberikan pertanyaan pada penonton mengenai siapakah guru ini? Kenapa tidak diperlihatkan wajahnya? Apakah ia nantinya akan mengatakan sesuatu? Seberapa penting keberadaannya dan seberapa penting bagian wajahnya sehingga tidak ditampilkan?

Itu kemudian di jawab dengan diambilnya satu shot terakhir yang memperlihatkan wajah si guru yaitu TV. Jadi disimpulkan di akhir bahwa cerita dari video tersebut adalah murid-murid SD yang bernyanyi di hadapan TV. Jika biasanya yang ketahui adalah murid SD yang bernyanyi di hadapan guru-guru mereka di depan, di hadapan bendera, dan menyanyikan lagu nasional karena memang hal tersebut saling terkait, maka benar apabila anak SD menyanyikan lagu tentang televisi jika mereka bernyanyi di hadapan TV. 

Ini juga menunjukkan bahwa anak-anak mulai tidak menghormati Negara mereka sendiri, tetapi menghormati apa yang mereka dapatkan dari televisi. Anak-anak tidak lagi mengikuti guru-guru mereka di sekolah yang seharusnya menjadi panutan tetapi menjadikan acara-acara televisi yang mereka lihat itulah guru mereka yang dijadikan panutan.

Video ini tidak menggunakan transisi, editing hanya dengan cut to cut dan menggunakan ritme lambat dalam menyatukan satu shot ke shot yang lain. Penggunaan editing demikian disesuaikan dengan lagu yang dinyanyikan dalam video sehingga penonton juga ikut mendalami lagu tersebut. Jika ada efek yang digunakan itu adalah gerakan bendera yang dicepatkan. Meskipun tidak diperlihatkan proses pemasangan bendera, tetapi editing yang menggunakan speed pada gerakan bendera dengan cukup cepat membantu mempertegas bahwa waktu sudah berlangsung dengan cukup lama.

Selain dari segi visual,  dari segi auditif memiliki peranan paling banyak dalam penyampaian pesan. Jika dalam sebuah film ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan untuk menelaah sebuah karya audio-video antara lain dialog, atmosfer, narasi, sound effect, dan skoring, maka dalam Iklan Layanan Masyarakat ini kita hanya diperdengarkan penggunaan sound effect, narasi, dan skoring. Sound effect adalah ketika bel sekolah dibunyikan untuk memberikan kesan bahwa sekolah sudah dimulai, sedangkan hampir keseluruhan film didominasi oleh skoring. Skoringnya adalah lagu dan musik yang menyatu ke dalam video (intern). 

Karena semua maksud, pesan, dan inti dari ILM ini berada di dalam lagu yang dinyanyikan, sehingga penggunaan dialog juga tidak diperlukan. Narasinya sendiri sudah disatukan dengan lirik dalam lagu tersebut.

Kita jadi bisa pacaran dan ciuman, karena siapa?
Kita jadi tahu masalah artis cerai, karena siapa?
Kita pintar dandan dibimbing TV
Kita jadi lebay dibimbing TV
TV bak pelita, menjadi gelap gulita
Jasamu Tiada…

Setelah lirik yang dinyanyikan tersebut berakhir, barulah memasuki narasi sebaga penegasan pada akhir lagu yaitu: ‘gimana mau maju? Nontonnya itu…’, setelah itu akan ada pertanyaan yang ditampilkan dalam bentuk tes bertuliskan ‘Frekuensi Milik Siapa?’ dilanjutkan dengan link ke kesebuah website frekuensimilikpublik.org

Tidak ada penjelasan lebih lanjut tontonan seperti apa yang dimaksud, tetapi melalui lirik yang dinyanyikan sebelumnya, kita tentu tahu bahwa saat ini semua acara yang mengutamakan tentang kehidupan artis dengan banyaknya infotainment bukannya edukasi tersebar hampir di semua stasiun televisi. Pertanyaan ‘gimana mau maju’ merujuk pada program-program yang dibuat saat ini dimana di dalamnya selalu mementingkan banyaknya iklan yang masuk dan rating yang tinggi sehingga terkadang melupakan kebutuhan nilai informasi dan edukasi yang sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat, tidak hanya anak-anak.

Dari apa yang telah ditampilkan dari video ini dari awal hingga akhir, bisa disimpulkan kepada siapa video ini ditujukan: pertama, kepada orang-orang yang memiliki wewenang dalam penayangan program tv yang diharapkan dapat menciptakan program-program yang berkualitas. Dilihat dari keberadaannya, saat ini televisi  merupakan media yang paling cepat dan efektif jika digunakan untuk menyampaikan informasi. Penggunanya, para penonton yang mengkonsumsi televisi tersebar di seluruh Indonesia dengan jumlat mencapai puluhan juta masyarakat. Masyarakat ini juga terdiri dari berbagai tingkatan yang jumlahnya sangat bervariasi. 

Tentulah sangat sulit menyatukan masyarakat yang tersebar di seluruh pulau agar memiliki satu pemikiran dan pola pikir yang sama agar membentuk Indonesia menjadi Negara yang lebih maju. Padahal saat ini kita diberikan akses yaitu televisi yang menjadi satu-satunya media dan sarana dalam menyatukan pikiran sekian juta masyarakat. Tetapi fasilitas dan kemudahan ini justru digunakan untuk keegoisan masing-masing pemilik stasiun yang lebih mementingkan nilai materialistik daripada nilai moral. 

Mengenai anak-anak yang ditampilkan sebagai ikon utama video, maka iklan ini juga ditujukan kepada para orang yang menggunakan frekuensi publik untuk memperhatikan kebutuhan anak-anak yang merupakan penerus bangsa. Anak adalah bagian dari publiik yang punya hak untuk mendapatkan informasi yang sehat. Tetapi yang kita tahu, informasi yang diperoleh anak-anak justru nyaris tidak ada. Minim tayangan yang khusus ditujukan untuk anak. Anak-anak dipaksa untuk menonton tayangan yang tidak ditujukan untuk kebutuhan usianya. Bahkan tayangan yang ditujukan untuk anak-anakpun mengandung muatan yang tidak sesuai. Padahal pada UU Perlindungan Anak no 23 Tahun 2002 pasal 3, stasiun tv dibebani kewajiban untuk memperhatikan hak anak dan melindungi kepentingan anak dimana mereka inilah penerus dan calon pemilik masa depan.

Kedua, tayangan ini ditujukan kepada masyarakat itu sendiri. Memang benar bahwa perusahaan berdiri sendiri karena mereka merupakan tv swasta dimana kehidupan mereka tergantung banyaknya iklan yang masuk. Tetapi perlu ditekankan sekali lagi bahwa televisi merupakan frekuensi milik publik yang keberadaannya di atur oleh UU Penyiaran no. 32 tahun 2002 yang berbunyi “Frekuensi merupakan sumber daya alam terbatas dan kekayaan nasional yang harus dijaga dan dilindungi oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”, berarti kita memiliki hak untuk meminta tayangan televisi yang berkualitas. 

Keberadaan frekuensi seperti kita membutuhkan air, tanah, dan udara. Publik berhak menggunakan, menikmati, dan mendapat manfaat dari frekuensi, baik yang dikelola oleh diri, komunitas, atau perusahaan yang bersifat komersial.

Frekuensi ini terbatas karena keberadaannya diatur oleh ITU (International Telecommunication Union), dimana lembaga inilah yang membagi-bagi jatah penggunaan frekuensi disetiap Negara. Karena terbatas, maka harus digunakan dengan sebaik-baiknya. Frekuensi inilah yang menjadikannya penting agar dapat menjangkau audience.

Video ini menginspirasi saya karena usai menontonnya membuat saya memikirkan kebenaran dari lirik sarkatis yang dinyanyikan dalam video ini. Membuat saya memikirkan betapa miris keadaan pertelevisian di Indonesia saat ini terutama bagi anak-anak.

Dalam waktu 1 menit 19 detik ini, kita diajak berfikir dan merenung bersama. Setelah kita setuju dengan apa yang disampaikan dalam video ini, kita diberikan jalan keluar dengan disediakan tempat dan fasilitas untuk mengutarakan keinginan kita sebagai masyarakat atas tayangan yang berkualitas dengan web tersebut. Selain itu, penggunaan video ini menjadi sangat efektif dalam membertahukan isi dari web yang ingin dibagikan karena jika web beriisi tulisan yang sebagian besar malas membacanya, melalui video ini kita menjadi ingin lebih tahu dan mendalami tentang wacana dan masalah ini sehingga kita akan datang dan mengunjungi web tersebut.

Saya sendiri jadi terdorong mendatangi web tersebut setelah menonton video ini dan mendapatkan banyak informasi mengenai frekuensi milik public ini. Dalam web tersebut kita diberikan pengetahuan mengenai hak-hak kita atas tayangan yang berkualitas, UU apa saja dan pasal berapa saja yang mengatur dan menjaganya, diberikan pula peta sehingga kita tahu seperti apa tayangan televisi dari dulu hingga sekarang, hingga angka-angka penyalahgunaan frekuensi yang ternyata disana kita diperlihatkan ada cukup banyak dan seberapa seriusnya masalah ini.

Meskipun ini video Iklan Layanan Masyarakat, tetapi saya mengambil video ini sebagai salah satu video yang menginspirasi saya, tidak hanya dari konten yang disampaikan tetapi juga dari visualisasi yang digunakan dalam video ini. Mungkin banyak orang yang melihat sekilas video ini sekadar video sindiran, tetapi setelah beberapa kali saya menonton dan mengamatinya, ternyata ada maksud yang lebih dalam dari sekadar sebuah sindiran. 

Video pendek ini berusaha memberikan gambaran kehidupan di masa ini, sebuah fenomena yang tidak terhindarkan dan terjadi kepada anak-anak yang masih kecil, dimana anak-anak itulah penerus bangsa. Meskipun ditujukan sebagai sebuah sindiran yang disampaikan dengan cara yang cukup halus, tetapi penyampaian maksudnya cukup tegas dilihat dari bagaimana video ini menggunakan unsur-unsur visual secara maksimal sehingga sindiran yang dimaksud di video ini tidak hanya terlihat dari lirik yang dinyanyikan, tetapi dari musik, artistik, dan pengambilan gambar, juga terlihat tujuan audience, kepada siapa video ini ditujukan. 

You Might Also Like

0 comments