Selamat malam sahabat udang ❤
Maafkan si udang yang jarang update. Mungkin udah
sebulan kali ya. Karena hiruk pikuk kehidupan, ku harus mengacuhkan Catatan Udang
untuk sementara waktu. Tapi tenang, udang 3 masih ingin berbagi ilmu yang dulu
pernah didapatkan di perkuliahan. Itung-itung biar nggak lupa sama materi
kuliah hehehe. Betewe ini blog kenapa postingan terbarunya hanya dari udang 3
aja ya? Mana nih udang 1 sama udang 2. Udang 1 udah nggak pernah posting lagi.
Udang 2 belom pernah posting malah. Huhu cedih...
Yaudah ah, yuk mulai intro nya wkwkw. Cus ~
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kenampakan bentuklahan yang ada di Daerah Istimewa
Yogyakarta sangat beragam. Bahkan dari daerah yang kita kira tidak ada
apa-apanya, ternyata menjadi sumber ilmu pengetahuan. Salah satunya adalah
kenampakan batuan yang ada di pesisir Parangtritis, tepatnya di Parangkusumo. Mungkin
bagi orang awam (seperti aku pada masa-masa awal kuliah di geografi) hanya
berpikir tempat itu adalah bagian dari kebudayaan setempat karena di sana
sering diadakan ritual kraton dan upacara keagamaan atau yang dikenal dengan
sebutan Labuhan Alit.
Labuhan Alit merupakan upacara adat yang dilaksanakan
setahun sekali, tepatnya setiap malam satu Suro. Lokasi yang digunakan adalah
Cepuri Parangkusumo. Cepuri Parangkusumo konon merupakan tempat bertemunya
Sultan Yogyakarta dengan Penguasa Laut Selatan. Kompleks Cepuri ini dibangun
menyerupai Kraton dengan gapura di bagian depan; halaman; pendopo; balai
peristirahatan; masjid; dan pagar pembatas yang mengelilingi kompleks. Khusus
Cepuri Parangkusumo dibangun tembok keliling seluas 10x8 meter dengan pintu
menghadap ke selatan. Bagian belakang dari Cepuri Parangkusumo terdapat Cepuri
Parang Anom dimana pada cepuri Parang Anom ini terdapat batuan vulkanik
(Teamtouringnet, tanpa tahun). Keberadaan dari batuan vulkanik inilah yang akan
kita bahas fufufu ~
Batuan Vulkanik di Parangkusumo (Source: Dokumentasi Pribadi, 2013) |
Cepuri Parangkusumo (Source: Nugroho, 2012) |
Cepuri Parang Anom (Source: Kurniawan, 2016) |
Labuhan Alit ini juga membutuhkan kepala kerbau untuk
di tanam di pojok halaman area batu keramat (entah fungsinya buat apaaaa, ku
tak paham. Tapi setiap upacara adat di tepian pantai pasti pakai kepala kerbau
atau kepala hewan-hewan lainnya. Hehe pengalaman di tempat KKN an di pantai
utara Jawa wkwk). Usai acara doa, barulah sesaji tersebut dibawa menuju ke Laut
Selatan oleh para abdi dalem yang dipimpin oleh juru kunci Parangkusumo.
Prosesi Labuhan Alit diakhiri dengan melarung sesaji ke laut.
Begitulah ringkasan upacara adat yang ada di
Parangkusumo. Ini hanya pengantar untuk memperlihatkan seberapa kental
kebudayaan di Yogyakarta ini. Dan mungkin membuatku sedikit takut karena
berkaitan dengan Penguasa Laut Selatan :’D Baiklahhhh, aku tidak akan membahas
lebih lanjut mengenai budayanya, mari kita bahas mengenai kegeografian di
daerah ini.
Parangkusumo, dalam bahasa Jawa, memiliki arti
“tebing yang terjal”. Dalam penelitian geografi, ternyata Parangkusumo ini
merupakan singkapan batuan yang berasal dari lava yang membeku atau bisa
disebut batuan beku. Jika berasal dari lava, yang terpikirkan pertama kali
adalah gunungapi. Benar sekali. Parangkusumo ini merupakan bagian dari
gunungapi dasar laut. Loh? Darimana taunya itu dari gunungapi bawah laut? Bukan
dari Merapi atau Nglanggeran? Kalo Merapi terlalu jauh ya shaay, plis. Wkw.
Sartono (2013) menuliskan bahwa singkapan batuan di
Cepuri Parangkusumo ini menunjukkan adanya dinamika magma di Yogyakarta bagian
selatan. Tidak hanya di Yogyakarta bagian utara saja yang mengalami dinamika
magma, namun bagian selatan juga terdapat dinamika tersebut. Pemandian air
panas Parangwedang yang tidak jauh dari singkapan batuan di Parangkusumo pun membantu
menegaskan tentang dinamika magma di daerah ini.
Pada saat pengamatan, yang ditekankan pertama kali
bukan dari jauh dekatnya keberadaan gunungapi, melainkan karakteristrik batuan
itu sendiri, bagaimana tekstur dan strukturnya, kemudian barulah kita bisa
menganalisis asal muasalnya. Setiap batuan memiliki ciri khas yang berbeda di
setiap lingkungan pembentukan.
Nah, dari yang bisa diamati di Parangkusumo ini, yang
pertama kali menarik perhatian adalah struktur batuannya. Bentukannya seperti
kumpulan bantal, sehingga disebut sebagai batuan beku yang berstruktur pillow lava. Batuan dengan struktur
tersebut adalah ciri khas dari batuan beku yang terbentuk di perairan atau di
bagian dasar laut. Jika lava tersebut membeku di daratan, maka struktur yang
terbentuk adalah struktur berlapis membentuk leleran lava yang khas.
Kenampakan Struktur Bantal pada Batuan (Source: Dokumentasi Pribadi, 2013) |
Lava yang membeku di dasar laut kemudian mengalami
pengangkatan dan ditumbuhi terumbu karang. Material vulkanik merupakan substrat
yang baik bagi pertumbuhan terumbu karang, sehingga dimungkinkan di atas batuan
tersebut ditumbuhi terumbu karang. Namun karena aktivitas gelombang dan arus
laut selatan, terumbu karang tidak dapat berkembang dengan baik. Sisa-sisa terumbu
karang yang telah mati pada akhirnya hanya kandungan karbonat yang tertinggal
pada batuan vulkanik yang mendasarinya. Bagian berwarna putih pada batuan
merupakan hasil rekristalisasi dari proses pelarutan batuan karbonat yang
mengisi celah-celah di retakan lava yang membeku.
Menarik ya? Di pesisir selatan yang notabene
merupakan daerah dengan aktivitas marin, namun ternyata ada kaitannya juga
dengan aktivitas vulkanik. Semoga kelak ada yang penelitian di situ ya biar tau
pastinya itu batuan berasal dari mana. Tapi menurutku susah sih penelitian di
situ karena daerah itu kan udah dikeramatkan. Dan pasti nggak bisa seenak jidat
ngambil sampel batuan. Serem juga nggak sih, udah dikeramatkan, nggak bilang
assalamualaikum, ujug-ujug ngambil sampel batuan. Bisa-bisa you diikutin sama “penjaga” nya wkwkw.
Kuliah lapangan aja kita nggak boleh masuk, hanya pengamatan dari luar pagar.
Mungkin agar tidak dirusak oleh masyarakat aja sih intinya.
Bagi yang menyukai wisata budaya, bisa nih datang ke Parangkusumo saat momen Labuhan Alit. Siapa tau dapat ilmu baru, dapat stok foto, atau bahkan dapat pengalaman mistis. Who's know? Fufufu ~
Batuan yang bermanfaat: dinggo mepeni wkwkw (Source: Dokumentasi Pribadi, 2013) |
Demikian sedikit ilmu yang kudapatkan saat kuliah
lapangan di daerah ini. Kurang lebihnya saya mohon maaf. See you para sobat
udang ~
Bersama teman seperjuangan fufufu ~ |
Love,
Arlin Irmaningdiah ❤
Bibliography:
Kurniawan, B. (2016). Kisah
Mitos Batu Cinta Ratu Kidul di Pantai Parangkusumo Bantul. https://travel.detik.com/domestic-destination/d-3172860/kisah-mitos-batu-cinta-ratu-kidul-di-pantai-parangkusumo-bantul
Nugroho, W. B. (2012). Mitosifikasi Kejawen Sebagai Strategi Alternatif Pengembangan Pariwisata DIY Bagi Turis Mancanegara. http://kolomsosiologi.blogspot.co.id/2012/12/mitosifikasi-kejawen-sebagai-strategi.html
Sartono, A. 2013. Batu Ombang
Banteng di Pantai Parangkusumo Hasil Intrusi Magma. http://arsip.tembi.net/yogyakarta-yogyamu/batu-ombang-banteng-di-pantai-parangkusumo-hasil-intrusi-magma
Teamtouringnet. (Tanpa Tahun). Labuhan Alit
Parangkusumo, Peringatan Bertahtanya Raja Yogyakarta. https://teamtouring.net/labuhan-alit-parangkusumo-bantul.html